Krisis Kepercayaan Pengobatan di Indonesia

 


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dengan tubuh dan mental yang sehat, manusia dapat menjalankan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal penting yang hangat dibicarakan masyarakat adalah pelayanan rumah sakit di indonesia yang masih terbilang buruk dibandingkan negara lain. 

Sebagai contoh, negara Korea Selatan menduduki peringkat pertama sebagai negara yang memiliki fasilitas kesehatan paling baik. Sedangkan, Indonesia menempati peringkat ke-52 dan malaysia menduduki peringkat ke-34. Masyarakat menganggap bahwa pelayanan rumah sakit di indonesia masih terbilang buruk. Lantas, apa yang harus dievaluasi dari layanan kesehatan dalam negeri? 

Usaha untuk menyelamatkan nyawa merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Walaupun, masyarakat dalam negeri lebih memilih berobat ke luar negeri karena menganggap bahwa pelayanannya lebih baik dibandingkan dengan pelayanan dalam negeri. Hal ini, dikarenakan masih kurang memadainya tenaga profesional. 

Kurangnya pendanaan dan pendistribusian alat medis di indonesia serta dokter spesialis berdampak pada pelayanan masyarakat. Dokter yang terbatas sehingga menimbulkan antrean pasien yang panjang serta waktu tunggu yang lama. Rata-rata pasien menunggu sekitar 5 jam untuk dilayani oleh dokter spesialis. 

Di indonesia sendiri belum memiliki fasilitas yang lengkap, seperti peralatan medis yang masih terbatas. Kebijakan waktu dan praktik dokter juga menjadi kendala sehingga pelayanan masyarakat tidak maksimal. Biaya pasien yang terlalu mahal juga memicu masyarakat lebih memilih berobat ke luar negeri. 

Masyarakat pun akhirnya memiliki krisis kepercayaan untuk berobat di dalam negeri. Sebab, teknologi hingga tenaga spesialis yang masih belum memadai menimbulkan rasa kecewa yang berujung munculnya trust issue.

Di luar negeri sendiri memiliki koordinasi yang baik antara pasien dengan tenaga spesialis. Pengobatan dijelaskan secara rinci dan obat yang efektif serta menjanjikan kesembuhan. Komunikasi antar para medis juga baik karena sudah dilatih dan insentif yang sesuai sehingga fokus untuk bekerja. 

Berbeda dengan indonesia, komunikasi antar pasien dengan tenaga medis dapat dikatakan belum baik karena tidak dilatih. Selain itu, insentif yang dirasa kurang membuat para tenaga kesehatan tidak fokus untuk melayani masyarakat secara baik. 

Berdasarkan data dari KEMENKES, jumlah dokter spesialis di indonesia untuk penyakit kronis terdapat 349 ribu kasus hanya terdapat 500 dokter onkologi untuk penyakit kanker, 9.400 kasus penyakit jantung dan terdapat 1.500 dokter spesialis, serta 824 ribu kasus TBC dan hanya memiliki 1200 dokter spesialis paru. Kesenjangan jumlah kasus dan dokter spesialis inilah yang juga menyebabkan masyarakat memilih berobat ke luar negeri. 

Evaluasi pelayanan medis di dalam negeri perlu dilakukan. Sulitnya mendapatkan akses obat kronis pun turut memicu krisis kepercayaan. Kurangnya pendistribusian obat serta harga yang jauh lebih mahal membuat masyarakat memilih jalan pintas untuk melakukan jasa titip obat dari negara produsennya langsung. Tentu, hal ini lah yang menjadi faktor utama kurangnya keefektivitasan negara dalam melayani masyarakatnya. 

Pemerintah harus berbenah dan mengevaluasi pelayanan kesehatan di dalam negeri. Karena dengan adanya krisis kepercayaan berobat di dalam negeri tentu akan menimbulkan kerugian bagi indonesia. Untuk dapat dipercaya pemerintah harus melakukan uji kompetensi dokter spesialis dan tenaga kesehatan, menjamin fasilitas serta jaminan pengobatan agar tercapainya kesembuhan bagi pasien.

Posting Komentar

0 Komentar